Wednesday, March 16, 2011

Sepi

detik-detik berlalu dalam senyap
melipatku dalam alun merdu sang waktu
meski kusadari hanya pengap
tapi kubertahan demi mimpiku

karena ku tahu
meski tak mungkin ku harapkan
meski tak ada celahku untuk dapatkan
senyum itu masih ada
masih mengembang sempurna

menghangatkan hati bekuku
menyinari sisi gelapku
mengisi angan kosongku
menguatkan langkah rapuhku
dan yang akan selalu menemaniku
melalui hari-hari sepi
dan detik-detik sunyi hatiku

Wednesday, March 9, 2011

Kosong

saat waktu berlalu dalam senyap
kusadari ku berada di satu sisi jalan yang berujung gelap
hanya setitik hitam yang terlihat dari kejauhan
memang aku tak secara sengaja
berhenti di sudut persimpangan yang kosong
menatap hampa sehelai daun yang meluruh
meraba hatiku
akankah hatiku bernasib sama
dengan daun itu?

Bimbang

sebelumnya aku bisa menikmati kekosongan ini
dengan senyum yang kupaksakan dari hatiku
namun kosong itu menyiksa
dan siksaan itu terlalu menyakitkan
aku memang sendiri
tapi aku juga tak mau hidupku sepi
lalu apa lagi?
sedangkan hati ini terlanjur membeku karena perih
dan jiwaku terlanjur membiru karena dingin yang menggigit
pilihan bagiku terlalu rumit
memutuskan bagiku pun terlalu sulit
apa harus menunggu?
sedangkan aku tak tau apa yang bisa kutunggu
semuanya serba tak pasti
dan aku masih ingin pergi
mencari diriku yang belum ingin mati

Sebaris Rindu

sebaris kerinduan
menorehkan kisah di atas lembaran kasih
jiwa yang sunyi
menyanyi lirih di antara rimbunan perdu
memanggil-manggil, melambai-lambai
kabar tersiar dari burung camar
terbang, dibawa angin berhembus
hingga jauh ke negeri seberang

sebaris kerinduan
meninggalkan jejak di tanah-tanah taman cinta
jiwa yang kelu
tersaput kabut beku di cendawan kelabu
merintih, menyapu galau dalam perih
menatap langit dan bertanya
kapankah sebaris kerinduan ini
'kan terhapus oleh sentuhan dalam cinta

sebaris kerinduan
tertulis untuknya yang terkasih
oleh hati yang menangis, letih

Sempurna

semuanya tampak begitu sempurna
keindahan yang sempurna
kebahagiaan yang sempurna
kesempatan yang sempurna
tertulis indah dengan tinta emas yang berkilau sempurna

begitu pun denganku
kesendirianku saat ini begitu sempurna
kesepianku saat ini begitu sempurna
kesakitanku saat ini begitu sempurna
tangisanku saat ini begitu sempurna
lukaku saat ini begitu sempurna
lelahku saat ini begitu sempurna
bahkan keputusasaanku saat ini begitu sempurna
hanya satu yang belum ku raih
kematianku sampai saat ini
belum juga bisa sempurna

Dengarkan, Sebentar Saja . . . . .

bolehkan aku bertanya
tentang sisi hati yang begitu sepi
apakah ia tak punya cinta?
ataukah cinta belum menemukannya?
dan jika dibolehkan ku bertanya
tentang sebuah harap yang masih bisu
apakah ia tak temukan jalannya?
ataukah cahaya belum menghampirinya?

aku terpuruk saat hatiku tersudut
sendiri meratapi sunyi yang menyiksa
padahal aku tak ingin
tapi luka ini terus menerus melebar
lalu sedikit demi sedikit
rasa sakit itu tak lagi terasa perihnya
karena lukaku yang tak pernah tertutup
memaksaku untuk bertahan
walau dengan tangan yang pincang
meski dengan kaki yang timpang
terpaksa ku harus terus tegar
hingga nanti datang saatnya
nyawaku terlepas perlahan dari raga
bersama semua luka yang tersisa