Monday, December 31, 2012

11 jam sebelum pergantian tahun

langit masih menyimpan mendung, awan masih menyimpan hujan, dan tanah masih menguarkan aroma basah yang masih tetap menggelitik setiap kali kuhirup dalam. masih terlalu dini untuk hujan, namun sudah terlalu gelap untuk memberi celah matahari bersinar. jadi kunikmati saja mendung yang menggantung rapat, sambil menghirup angin dingin bercampur bau tanah basah, membiarkannya memanja indera penciumanku sebelum hujan menghilangkan semuanya.

siang ini, 11 jam sebelum pergantian tahun. ada 11 jam waktu bagiku untuk merenung. tentang segala hal yang telah kulalui, segala masalah yang telah kualami, tentang segala keputusan yang tak dapat kutarik kembali. 11 jam sebelum suara terompet pergantian tahun memenuhi gendang telinga. 11 jam sebelum semarak kembang api menyaingi terangnya bulan purnama. 11 jam sebelum kalender kembali ke Januari.

apakah akan hujan? apakah hanya langit, ataukah mataku juga akan ikut dalam gerimis?
apakah akan ada kebersamaan? apakah hanya satu, dua-- ataukah lagi-lagi sendirian kulalui malam pergantian ini?
apakah akan baik-baik saja? apakah masih tetap ssama, ataukah semuanya akan berubah dan aku akan ditinggalkan lagi?

siang ini, 11 jam sebelum pergantian tahun. lagi-lagi kurasakan sepi menyergap dan menjebakku dalam lingkarannya. perasaan kehilangan, perasaan sendirian, dan perasaan ditinggalkan mengikatku dalam pusarannya. padahal aku berjanji tak akan mengharapkan siapapun untuk selalu menemaniku, karena sepi adalah kawan paling setia dalam setiap detik hidupku.

siang ini, 11 jam sebelum pergantian tahun......

Friday, November 30, 2012

dingin



Dingin....
Lekat memeluk ragaku yang makin menggigil
Mengikat, seperti kenangan yang masih menyisakan luka
Meski tak lagi ia berdarah
Namun perihnya masih sangat menyiksa


Dingin....
Rapat menyelimuti ragaku yang semakin lelah
Menahan nafasku yang mulai terpatah-patah
Walau keras ku mencoba menggapai dua-tiga patok di depanku
Masih saja letih mematahkan langkahku

Dingin....
Tak juga mau melepasku
Walau tangis sudah menghiasi keluhku
Dan air mata mengaliri gigilku
Menambah erat dingin memelukku
Menambah tajam dingin mengiris-iris kulitku

Kutatap kedua tangan yang jarinya mengeriput
Kutiup kulit yang mulai memutih
Kurasakan nafas yang semakin sesak
Kunikmati sakit yang mengikat erat tubuh

Ketika pandangan ini mulai memudar
Saat itu... kusadari waktuku untuk bersandar

Friday, November 16, 2012

hujan, mengapa berhenti?

bau tanah basah masih meruap mengungkungku
sisa siraman hujan yang meninggalkan harum di sekitarku
baru semenit yang lalu
hujan berhenti turun walau mendung masih menggantung
baru semenit yang lalu
hujan mereda walau langit masih belum bercahaya

hujan, mengapa berhenti?
masih belum puas telingaku mendengar ketuk merdumu
masih belum bosan kulitku merasai dinginmu
masih belum jenuh hidungku membaui aromamu
masih belum jengah mataku memandangi rinaimu

hujan, mengapa berhenti?
aku masih butuhkan suara itu untuk samarkan isakku
aku masih butuhkan rintik itu untuk samarkan air mataku
aku masih butuhkanmu
untuk dinginkan hatiku yang tersengat cemburu
pada dia, dia, dan dia
masih juga orang yang sama

hujan, mengapa berhenti?
turunlah lagi, temani aku melewati menit-menit sepi
jatuhlah lagi, basahi tubuh dan jiwa yang kering ini
merintiklah lagi, mari kita menari
merayakan luka yang tak berhenti menyapa
menyambut sakit yang masih selalu menggigit

hujan, mengapa berhenti?
ayolah, turunlah lagi....

Monday, November 5, 2012

Senin Pagi

selamat pagi senin . . . .
maukah kau bantu aku memulai minggu ini dengan senyuman? karena aku lupa bagaimana caranya tersenyum dengan ringan sejak selasa menggantikanmu tepat seminggu yang lalu.

selamat pagi senin . . . .
aku mencoba mengawalimu dengan hangatnya kopi susu dan manisnya biskuit coklat. di setiap teguknya, harapanku melayang pada hangatnya sapa dari orang-orang terkasih. di setiap gigitan biskuit, doaku terarah pada manisnya senyuman dari hati-hati yang selalu tulus memberi.

selamat pagi senin . . . .
ijinkan aku memohon satu bantuan padamu . . . . tolong bantu aku membawa lagi semangat yang perlahan menguap di akhir minggu yang lalu. berikan aku jalan untuk tetap membawa semangat itu hingga minggu ini berlalu, dan minggu-minggu yang baru menjemputku.

terima kasih . . . .
dan selamat pagi, senin . . . .

Thursday, November 1, 2012

Selamat Datang November

selamat pagi, selamat hari kamis
dan selamat datang november
biasanya aku akan menunggu-nunggu hujan yang selalu datang di bulan ini. entah itu deras, atau hanya sekedar gerimis. tapi hampir pasti, hujan selalu datang di bulan ini.

selamat pagi, selamat hari kamis
dan selamat datang november
tak pernah aku menanti-nanti bulan selain september. tapi kali ini, aku senang menyambutmu, november. idak ada alasan. hanya karena kau dekat dengan desember, akhir tahun yang membawa (semestinya) kedewasaan.

selamat pagi, selamat hari kamis
dan selamat datang november
ada harapan yang ingin kupanjatkan. semoga november adalah penyembuh, dari sisa-sia luka yang ditinggalkan oleh januari, mei, dan oktober. semoga november adalah pupuk untuk kebahagiaan yang dihadiahkan februari, maret, dan september. bagiku . . . . selebihnya adalah anugrah, termasuk kedatanganmu, november.

selamat pagi, selamat hari kamis
dan selamat datang november

Tuesday, October 23, 2012

Dengan Sadar

sebelumnya, saya tidak pernah terpikir untuk menulis seperti ini. mungkin sebelumnya saya adalah gelap yang selalu berusaha terlihat terang. mungkin dulunya saya adalah cacat yang selalu ingin nampak sempurna. mungkin, sekali lagi semuanya masih mungkin.

tidak ada yang tau pasti apa yang sedang, atau akan terjadi. saya pun tidak. yang saya tau hanya, apapun yang telah terlewati cukup memberikan pelajaran bagi saya untuk berkaca. bahwa tidak setiap rencana bisa seindah gambarannya. bahwa tidak semua harapan bisa semudah membayangkannya.

jadi ini, titik kesadaran saya. setiap jalan yang saya lewati adalah saksi dari peluh yang menetes ketika keras saya berusaha melangkah. setiap orang yang saya temui adalah saksi dari luka yang tergores ketika keras saya berusaha bangkit lagi. dan setiap angin yang berhembus, setiap daun yang luruh, setiap kerikil yang menggelinding, setiap nafas yang terhela, adalah saksi. sebuah perjuangan dari seseorang yang pernah gagal dan kalah. namun masih mencoba bangun, dan kembali melangkah.

------

sebuah harapan yang tertuang dalam tulisan
di tengah waktu maghrib
dua puluh tiga oktober dua ribu dua belas

Monday, October 22, 2012

Penegasan

hey, bukankah sudah kukatakan bahwa aku memang mencintaimu?
bukankah sudah juga kukatakan bahwa aku menyayangimu?
bukankah sudah pula kukatakan bahwa aku merindukanmu?
aku menyimpan dalam-dalam namamu?

aku mencintaimu lebih dari kau mencintaiku. menyayangimu lebih dari sayangmu untukku. merindukanmu lebih dari rindumu padaku.menyimpan namamu lebih dalam daripada kau menyimpanku.

bukan . . . . bukan aku ingin menarik perhatianmu. bukan juga untuk memaksamu untuk lebih mencintaiku. aku hanya ingin kamu tau, bahwa hati ini cuma untukmu. hanya ingin kamu tau, bahwa setiap tangis dan tawaku adalah tentang kamu.

------

jika kamu masih juga belum percaya, lihatlah dalam kedua mataku
adakah kebohongan berpendar di situ?

Sunday, October 21, 2012

Akhirnya....

Akhirnya . . . .
setelah kepenatan melepaskan ikatannya dariku, aku mampu untuk melanjutkan langkah yang sempat tertahan oleh peluh yang membanjiri sepatuku.

Akhirnya . . . .
setelah kelelahan menguap dari ubun-ubun kepalaku, aku bisa kembali melihat apa yang seharusnya tak terjadi untuk memperbaikinya lagi.

Akhirnya . . . .
setelah cahaya berpendar sempurna di depan mataku, aku dapat melihat lagi jalan gelap yang sudah kutempuh sekuat tenaga untuk mencari arah keluarnya.

Akhirnya . . . .
kudapatkan lagi senyuman yang pernah memudar
kudapatkan lagi sapa hangat yang sempat menghambar
seperti saat dulu, saat semuanya masih baik-baik saja
seperti saat seolah tak pernah ada yang salah

Akhirnya . . . .
tidur lelap menantiku di ujung malam yang mengakhiri sebuah penantian akan datangnya tenang, dan damai yang mendampingi bidadari mengantarkan bunga-bunga pada mata-mata terpejam, juga rasa lega setelah semuanya yang terjadi menuliskan baris terakhir yang berbunyi, "Selamat Malam Dunia, Selamat Tidur"

Monday, October 15, 2012

Aku dan Pelampiasan Kemarahan

baik, tuduh saja aku sedang menyalahkan keadaan. bilang saja aku tidak bisa menerima kenyataan. katakan saja aku pecundang. tapi coba, sanggupkah jika harus berdiri di tempatku?

aku bukan sedang mencari pembenaran. juga tidak menuntut pembelaan. aku hanya ingin berbagi emosi yang mengaduk jiwaku. aku ingin berbagi lelah yang menghimpit dadaku. ingin berbagi sakit yang menyesakkan nafasku, memberatkan langkahku.

setelah sekian tahun terbiasa tanpa kepedulian, berbeda rasanya ketika perhatian itu datang dalam wujud tak terduga. bukan, aku tidak membicarakan tentang teriakan, apalagi pukulan. aku hanya membicarakan pertanyaan. sebuah pertanyaan biasa yang andai ia datang tidak di saat benakku penuh dengan ketakutan. tentang sebuah nasihat yang akan terasa indah andai ia datang tidak di saat jiwaku disita oleh kelelahan.

kepada kemarahanku, menguaplah. jangan siksa batinku dengan tumpukan emosi yang menyelimuti hati.
kepada kelelahanku, pergilah. jangan tahan langkahku dengan lapisan keluhan yang menghilangkan semangat
kepada kesakitanku, sembuhlah. jangan himpit lagi jiwa yang hampir mati dengan sesak yang menyiksa.
dan kepada kematian.....

Monday, October 8, 2012

Ditemani Secangkir Kopi Susu

berat, aku membuka mata pagi ini
berusaha melihat arah senyuman mentari yang menelusup melalui celah jendela kamar
seperti tersadar setelah lama terbalut abu-abu
meraba-raba dinding mencari sakelar
seperti bayi yang belajar berjalan, tahun ke-satu

ditemani secangkir kopi susu, kukumpulkan lagi nyawaku
seperti orang dulu sering katakan
terasa familier di benak masa kecilku
"mengumpulkan nyawa", sebuah frasa yang membawa jutaan kenangan
tentang langit subuh hari yang gelap
tentang angin subuh hari yang dingin
tentang air subuh hari yang membekukan
dan tentang aroma kopi subuh hari yang menghangatkan

ditemani secangkit kopi susu, kusandarkan tubuhku di kursi
mengingat-ingat rasa yang yang sepertinya pernah kumiliki
entah siapa, dimana, atau bagaimana
bukan hilang, hanya sudah terlalu jauh terpendam
nyaris terlupakan

ditemani seangkir kopi susu, matahari mulai meninggi
kuteguk tetes terakhir kopi susu yang mulai dingin
mengendap, membawa ampas ke dasar cangkir
seperti kenangan yang pelan-pelan tersingkir
menyisakan pekat, dan pahit
seperti luka yang masih meninggalkan sakit

ditemani tegukan terakhir kopi susu
kubangkitkan tubuhku dari sandaran kursi yang menopangku
untuk berjalan lagi
melanjutkan sisa perjalanan
yang telah kumulai jauh sebelum pagi ini

cangkir kopi susu-ku telah kosong
untuk ku isi lagi, besok pagi

Friday, October 5, 2012

Catatan Ketika Hujan



Entah sudah berapa bulan berlalu dalam gersang
Hingga hari ini datang, membawa hujan yang jatuh perlahan
Menguarkan aroma tanah yang segar
Mengalirkan hawa dingin yang menenangkan
Tapi juga mengantarkan sunyi yang mencekam

Hari ini, hujanku turun lagi
Meski bukan yang pertama kali
Masih sedingin yang pernah kutemui
Masih juga sederas yang biasa terjadi
Tapi rasanya sudah sangat lama
Sejak kali terakhir aku merasakan dinginnya
Memelukku begitu erat
Hingga bernafas pun sulit kurasakan

Dingin… sesak… dan menyiksa
Lebih dari sekedar gigil yang menggigit
Lebih dari sekedar kelam yang mengikat
Lebih…
Nafasku yang mulai nyilu
Jemariku yang mulai beku
Dan raut wajah yang makin membiru
Menjerat aliran kata yang pelan melaju
Tercekat tepat di ujung kuku-kuku
Dan terhenti
Tanpa sempat tertuang lebih jauh lagi

Entah sudah berapa bulan berlalu dalam gersang
Hingga hujan deras kembali mengunnjungi kota ini
Memelukku kembali dalam dingin dan sepi
Seperti yang pernah terjadi
Dulu… saat hati ini masih memeram sakit sendiri


04102012
16:29:20
@ A very cold classroom

Monday, October 1, 2012

Sebuah Kisah Usang

haruskah aku mengakhiri semua cerita ini
ketika hati mulai utuh kembali
dari keping-keping mati yang kukumpulkan sendiri
menyusunnya lagi
meski tak cukup waktu hanya hitungan hari

memang semua kisah ini sudah usang
bukan cerita baru dengan bumbu-bumbu drama
bukan lakon baru di panggung-panggung pertunjukan
bukan juga dongeng baru di malam-malam penuh impian

kisah yang kulalui hanya kisah pada umumnya
se-klise dan se-absurd kisah cinta yang lainnya
seperti tentang menghabiskan waktu bersama
membagi begitu banyak cerita-cerita
lalu diam-diam saling memendam dan jatuh cinta

jadi, haruskah kuakhiri saja semuanya?
mencoba menyusun cerita baru, dengan plot yang juga baru
menulis kisah baru, dengan tokoh yang juga baru
yang bukan aku dan hati tak utuh milikku
yang tidak bicara tentang adanya dia atau dia di hidupku
hanya sebuah kisah yang baru dengan segala hal yang juga baru

ini hanya sebuah kisah usang
tentang sesuatu yang pernah kulalui
antara aku, hati, dan cinta

Monday, September 24, 2012

Menyerah

menangisi dia memang tidak ada gunanya. hanya mengorek luka yang sudah lama menganga. tapi tangis adalah tangis. yang terpaksa harus kulepas saat aku tak sanggup. yang terpaksa harus mengalir saat aku tak bisa lagi berpikir.

memangnya apa lagi yang bisa kulakukan? selain tinta dan air mata, tak ada lagi yang kupunya untuk menutup luka. tak ada lagi yang tersisa untuk menahan siksa. hanya karena dia, tak lagi sama.

dan di sisa kesanggupanku untuk berdiri, aku memilih untuk sendiri. mengumpulkan keping-keping hati yang nyaris mati. menyatukannya lagi, mesti tak mungkin utuh kembali. dan di celah-celahnya, kubiarkan kenangan itu melekat. hingga tiba saatnya nanti, aku harus pergi.

Dengan, atau Tanpamu

ada luka yang masih merah di dalam sini. luka yang masih berdarah. luka yang nyaris bernanah. dia masih di dalam sini. menggerogoti. sedikit, sedikit, dan sedikit.

luka itu, luka yang ditinggalkan dia. luka yang tergores sejak kehadirannya. luka yang jadi semakin dalam karena kepergiannya.

dari jutaan sakit yang pernah terasa, mungkin inilah ujungnya. saat sakit ini nanti semakin menjadi, kuharap semua rasaku pun ikut mati. agar tak lagi perih. supaya tak perlu ada lagi rintih.

kunikmati semua sakitku. tak ku obati lukaku. tak kututupi lagi lelahku. tak kujalani lagi semua sandiwaraku. biar aku dan sedikit sisa nafasku yang berjalan. menjemput seberkas harapan. entah nyata, atau hanya sekedar khayalan.

dengan atau tanpamu, tetap ku pilih jalan ini. meskipun harus aku mati dalam sepi.

Thursday, July 5, 2012

AntoloTwit #untukcahaya

kupaksakan untuk mengguyur tubuhku meski dingin tak tertahan. berharap hatiku ikut mati rasa setelahnya.
dan seketika beku itu membungkus sekujur tubuhku, membuatnya menggigil dan membiru.
namun setelah gigil membirukan tubuhku, hanya sesak yang kurasakan. hatiku tetap menyimpan rasa itu. rasa yang ingin kuhilangkan.
rasa yang ingin kuhapus dengan menyiramkan air dari ujung rambutku. namun ia tetap disitu, tak bergeser, apalagi beranjak pergi.
dan yang tersisa akhirnya hanya dadaku yang sesak, mataku yang memanas, dan rasa rindu yang semakin menyiksa #untukcahaya

salahku sendiri membiarkan dia terlalu dalam memasuki ruang hatiku. salahku sendiri membiarkan dia menguak semua rahasiaku.
sekarang setelah tak ada lagi topeng untuk menutup sakitku, aku masih mencoba mencari cadar untuk menyamarkan tangisku.
entah harus apa untuk ku kembalikan topengku, membawaku yang dulu kembali ke panggung sandiwara rasa. menyembunyikan luka yang menganga.
dia sudah membuka semuanya hingga ke dasar rahasia. jiwaku di genggamnya. dan aku tak tau bagaimana untuk kembali mengambilnya. #untukcahaya

malam tadi aku masih memimpikanmu. melihat kau tersenyum pahit padaku dan berkata "jangan paksa aku bunuh cintaku"
malam tadi aku masih memimpikanmu. menatap dalam kedua mataku dan berucap "aku terlanjur mencintaimu"
malam tadi aku masih memimpikanmu. meneteskan airmata di depanku dan memohon "jangan bunuh cinta yang ada di hatimu"
malam tadi aku masih memimpikanmu. menatap wajahmu dan menjawab "kau tau betapa sulitnya menghilangkan cintaku padamu"
malam tadi aku masih memimpikanmu.
dan saat ku terbangun, kusadari itu semua hanya mimpiku. bahkan mungkin kau tak pernah lagi memimpikanku. #untukcahaya

Akankah sepinya malam ini menyampaikan betapa sakit relungku menahankan rindu yang entah terbalaskan atau tidak.
Sudikah semilir angin malam ini membisikkan sebuah tanya tentang cinta yang entah terbalaskan atau tidak.
Maukah dinginnya malam ini menuliskan bait-bait cerita yang entah akan terselesaikan atau tidak.
aku masih ingin menulis tentangmu. tentang kita yang dulu pernah ada di hariku dan harimu. tentang cinta yang dulu pernah tertanam di hatiku dan di hatimu.
aku masih ingin menceritakan tentangmu. tentang kehangatan yang pernah terjalin antara diriku dan dirimu. tentang kemesraan yang pernah tercipta antara jiwaku dan jiwamu.
aku masih ingin menulis tentang semua yang kita lalui berdua. karena hanya dengan itu aku meyakini bahwa pernah ada cinta di antara kita. #untukcahaya



Malam yang beranjak semakin larut dan pekat membingkai perihku dalam sesak.
Tak mampu ku menghela napas di tengah perasaan yang tak pernah ku tahu adakah balasannya.
Airmataku bahkan membeku seiring dengan dingin yang terus dan terus mengikat ragaku.
Ingin sekali rasanya kubiarkan dia mengalir membawa pergi setiap sesal dan kesal di hatiku.
Tapi mungkin memang hanya dirimu yang bisa membuatnya turun untuk membasuh luka yang menganga lebar di hatiku.
Seperti kehadiranmu dulu, yang membawa cahaya menyinari keraguan pada cinta dan akhirnya membawa hatiku padamu. #untukcahaya

Ingin sekali kusebutkan namamu disetiap tulisan yang tertuju untukmu. tapi aku tak mampu. karena hanya akan menggoreskan satu lagi luka baru. #untukcahaya

bandingkanlah dengan gelapnya langit malam ini, masih jauh lebih pekat rinduku padamu yang jatuh berkali-kali,
Lelah kusingkirkan perihnya, kupaksakan untuk menikmati rinduku dalam pelukan malam yang membekukan hati
yang aku takutkan adalah, kau sudah lebih dulu menyerah dalam cinta ini dan membiarkanku tersiksa melaluinya sendiri.
kuharap kau tahu bahwa sebesar apapun usahaku untuk rela melepasmu, lebih besar lagi keinginanku untuk kau kembali mencintaiku
dan aku akan tetap disini. kalau kalau suatu hari nanti kau memutuskan untuk bersamaku kembali. #untukcahaya

@mbakdiii

Sebuah Percobaan Refleksi Nama

namaku diah, diah maulani. menurut orang-orang yang pernah mencoba mengartikannya, "diah" itu bahasa kuno, entah apa artinya. "maulani" itu bahasa arab yang mengandung arti "dua" dan menyandang kepemilikan. bisa diartikan sebagai "junjunganku" atau "dua junjungan". atau mungkin diartikan sebagai "dua orang yang kuhormati." terserahlah....

yang ingin kutanyakan adalah, jika benar nama adalah doa, apakah kesalahan pada namaku juga akhirnya menjadi doa?

ya memang, namaku DIAH MAULANI. namun sebuah kesalahan menjadikannya DIA MAULANI. tanpa huruf H. lalu apakah DIAH yang berubah menjadi DIA itu juga menjadi doa?

DIA. merupakan kata ganti untuk menunjuk orang ketiga. "ORANG KETIGA".
itulah yang kumaksud dengan "doa" disini.

entah mengapa sering sekali dalam hidup, aku menempati posisi sebagai ORANG KETIGA.
menjadi ORANG KETIGA yang membantu menyelesaikan masalah.
menjadi ORANG KETIGA yang menjadi penengah.
menjadi ORANG KETIGA yang mendengarkan dengan sikap netral.
menjadi ORANG KETIGA yang dipersalahkan.
menjadi ORANG KETIGA yang disudutkan.
bahkan,
menjadi ORANG KETIGA yang (dianggap) merusak sebuah hubungan.

apakah itu karena kesalahan pada namaku?
apakah itu karena doa yang diberikan orang tuaku "tak sengaja berubah" karena hilangnya hurufH dari namaku?
atau memang harus begini jalan hidupku?

adakah yang bisa membantu menjawab untukku?

Monday, July 2, 2012

Status Facebook

24 Juni 2012
bersabar untuk ikhlas dan ikhlas dalam bersabar itu berbeda. tapi keduanya sama, berat. berikan kekuatan Ya Allah . . .

27 Juni 2012
Alhamdulillah . . . akhirnya semuanya berantakan juga. terima kasih banyak ya, untuk KEBOHONGAN itu. terima kasih untuk PENGHINAAN itu. terima kasih untuk semuanya.

27 Juni 2012
ternyata kau benar-benar memahamiku. hingga dengan begitu mudahnya kau lambungkan perasaanku setinggi langit lalu . . . satu jentikan jari saja kau hempaskan aku ke dasar bumi. remuk sudah kau buat hatiku. dan luka ini tak akan mungkin akan mengering kecuali jika kau MATI

27 Juni 2012
benar yang orang sering katakan, dia yang berkata "aku mencintaimu sepenuh hatiku" dia juga yang akan sangat menghancurkan hatimu.

28 Juni 2012
Allah . . . apakah memang harus sesakit ini menghilangkan rindu yang terlanjur tertanam?

28 Juni 2012
iya memang aku masih menyimpannya. menyimpan rasa padanya meski baru saja aku menyadari keberadaannya. tapi luka yang melebar ini, aku tak tau bagaimana harus menutupnya. Allah . . . inikah jalan yg Kau beri . . .

29 Juni 2012
Buat 'kamu', tolong jangan memandangku dengan matamu yang menyimpan luka. kamu tak tau setiap pandanganmu menggoreskan segaris lagi lebih dalam luka di hatiku. tolong jangan memandangku dengan rasa sakit itu. kamu tak tau, amarah yang menggunung di hatiku pasti runtuh hanya dengan menatap matamu. tolong . . . . lepaskan aku . . . .

29 Juni 2012
kamu sudah tau bagaimana aku, hatiku, dan perasaanku lebih dari diriku sendiri. aku yakin kamu bisa melepaskan diri dariku. tapi tolong, bantu aku melepaskan diri darimu.

30 Juni 2012
we are much stronger than we know. all we need is just make make ourselves sure that we are, and we'll always be.

30 Juni 2012
sekarang sudah tak mudah lagi air mataku mengalir. mungkin seharusnya aku senang, karena itu berarti aku semakin kuat. tapi saat aku benar-benar membutuhkannya mengalirkan semua sakit dan lelahku, ia tetap tak mau datang. hanya menghadirkan sesak yang memberatkan napas dan langkahku.

 30 Juni 2012
sakmeniko, njenengan nopo kulo sing nulayani ati? kulo nyobi mboten nulayani ati, nanging njenengan mboten nate mirsani. kulo nyuwun tulung sanget dateng njenengan, sanjang mawon nopo sing njenengan kersani. tulung....

01 Juli 2012
kupaksakan untuk mengguyur tubuhku meski dingin tak tertahan. berharap hatiku ikut mati rasa setelahnya.
dan seketika beku itu membungkus sekujur tubuhku, membuatnya menggigil dan membiru.
namun setelah gigil membirukan tubuhku, hanya sesak yang kurasakan. hatiku tetap menyimpan rasa itu. rasa yang ingin kuhilangkan.
rasa yang ingin kuhapus dengan menyiramkan air dari ujung rambutku. namun ia tetap disitu, tak bergeser, apalagi beranjak pergi.
dan yang tersisa akhirnya hanya dadaku yang sesak, mataku yang memanas, dan rasa rindu yang semakin menyiksa

01 Juli 2012
salahku sendiri membiarkan dia terlalu dalam memasuki ruang hatiku. salahku sendiri membiarkan dia menguak semua rahasiaku.
sekarang setelah tak ada lagi topeng untuk menutup sakitku, aku masih mencoba mencari cadar untuk menyamarkan tangisku.
entah harus apa untuk ku kembalikan topengku, membawaku yang dulu kembali ke panggung sandiwara rasa. menyembunyikan luka yang menganga.
dia sudah membuka semuanya hingga ke dasar rahasia. jiwaku di genggamnya. dan aku tak tau bagaimana untuk kembali mengambilnya.

Sunday, July 1, 2012

Sisa Kekuatanku

Ya Allah Ya Robb . . . .
Hamba mohon ampunanMu, atas segala dosa dan noda yang tercetak dalam jejak-jejak laluku

Ya Allah Ya Robb . . . .
Hamba mohon keridhoanMu, atas setiap usaha dan keputusan yang akan kuambil di masa datangku

Ya Allah Ya Robb . . . .
Jika cinta yang kurasakan ini salah sesalah-salahnya, hapuskanlah dia sesakit apapun harus terasa.
Meski lelah kutangisi hatiku yang begitu mudah dibohongi, aku tau Kau akan hadiahkanku setetes keindahan atas sesal ini.

Ya Allah Ya Robb . . . .
Hanya padaMu dapat kulabuhkan segenap hidupku, Kau Sang Pemilik Kehidupan, tak ada kesiaan jika Kau kehendaki sesuatu terjadi.
Kumohonkan ulur tanganMu Ya Allah . . .
Lebihkanlah padaku rasa sabar dan syukur atas apapun yang Kau hendaki terjadi padaku
Lebihkanlah prasangka baik atas setiap ujian yang Kau turunkan padaku
Lebihkanlah cinta padaMu di hatiku atas setiap rahmat yang Kau berikan padaku

Ya Allah Ya Robb . . . .
Yang Maha Membolak-balik Hati . . . .
Tetapkanlah hatiku untuk selalu menyimpan cinta padaMu
Kala ku nanti jatuh cinta lagi, jatuhkanlah cinta ini pada hati yang juga mencintaiMu
Kala ku nanti jatuh hati lagi, jatuhkanlah hati ini pada wajah yang selalu menghadapkan diri padaMu
Cintakanlah aku pada seseorang yang akan menambah rasa cintaku padaMu
Cintakanlah aku pada seseorang yang mampu mematrikan hatiku hanya padaMu

Duhai Pemilik Segala Cinta . . . .
Tak patut aku memohon begitu banyak padaMu
Tapi tak ada tempat yang layak untuk memohon kecuali diriMu
Pada kuasaMu-lah ku pertaruhkan diri dan hidupku

Ya Allah Ya Robb . . . .
Dengan segala kerendahanku dan kehinaanku
Kuberanikan diri bersujud, memohon kasih sayangMu sekali lagi . . . .

Friday, June 29, 2012

Sebuah Catatan Tentang Kehilangan


Haruskah kukatakan padamu?
Lukaku semakin melebar dari hari ke hari
Setiap kulihat dirimu begitu tak peduli lagi padaku
Lukaku semakin menganga dari hari ke hari
Setiap kulihat betapa mudahnya kau bunuh cinta untukku

Haruskan kuceritakan padamu?
Lukamu tak pernah selebar lukaku
Sakitmu tak pernah seperih sakitku
Mungkin karena memang cintamu tak sebesar itu
Tak sebesar yang pernah kau katakan padaku

Haruskah kujelaskan padamu?
Betapa beratnya membiarkanmu pergi begitu saja menjauhiku
Betapa sulitnya melihatmu memalingkan wajah dariku
Betapa sakitnya menatapmu tanpa menampakkan rindu
Betapa perihnya menguliti kenangan yang menempel rapat di hatiku

Andaikan ada jalan untukku sekali saja bertatap muka denganmu, ingin kuakui dengan sungguh bahwa hati ini masih tertancap erat padamu. Kau sudah mencuri hatiku dan tak mengijinkannya kembali padaku. Andai ada satu kesempatan lagi ku diizinkan untuk bicara padamu, ingin kukatakan dengan sungguh bahwa harapan bersamamu masih sama besarnya dengan saat kau masih menaburkannya di hatiku. Tapi janji itu, tak mungkin ku mengingkarinya. Yang kubisa lakukan sekarang hanya berharap, semoga Tuhan segera memberikanku jawaban untuk semua kegelisahan hatiku. Agar aku tahu, masih bolehkah aku mengharapkanmu.

Sunday, June 24, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (6)

"assalamualaikum . . ." sapa fha di ujung telepon.
"waalaikumsalam. apa kabar, fha?" tanyaku. belum jelas apa yang akan kukatakan padanya. aku hanya ingin mendengar suaranya, dan keinginan itu begitu besar.

sejak pertemuannya dengan mia dua hari yang lalu, fha mulai berubah. dia sekarang mulai menghindariku. aku bahkan tidak punya kesempatan untuk bicara dengannya. dan sekarang, nada bicaranya dingin sekali.

"fha? kamu marah?" tanyaku pelan sekali.
"gak kok. kenapa harus marah?" jawabnya. ketus.
"kamu sekarang ketus fha . . ."
"gak. perasaan mas saja. kabar mbak mia gimana?" pertanyaan fha mengiris hatiku.
"fha, bisa kan kamu gak bahas mia?" tanpa sadar aku bertanya gusar.
"kenapa mas? salah? dia istrimu. dia nunggu kamu di rumah. sudah dulu ya. aku sibuk . . . " klik.

telepon ditutup sepihak. tanpa salam. fha-ku berubah. dia menjadi begitu dingin dan ketus. dia yang biasanya selalu mengucapkan salam sebelum emnutup telepon, melupakan kebiasaan manisnya. fha-ku berubah. aku tau fha suka seklai mengingatkanku pada mia dan faqih yang menungguku di rumah. seharusnya aku senang ada yang mengingatkanku tentang mereka. tapi jauh di sudut hatiku, ada sakit yang melebar setiap kali fha menyebut nama faqih, apalagi mia.

drrt . . . drrt . . . drrt . . .
ponselku bergetar menandakan ada sebuah pesan yang masuk.

"fha, ini mia. maafkn aq hrus mngtakan ini.
tp aq tau apa yg trjdi antr km dn suamiq.
aq mohon fha, jgn lnjutkn. aq ykin km phm
bgmn posisiq. trima ksh safha."
itu smsnya mb mia. pagi tdi

sender:
ra.fha
+6281233244xxx

saat itu juga aku mengerti. perubahan fha ini karena pesan singkat yang dikirimkan mia padanya. tapi bagaimana mia tau nomor ponsel safha?

drrt . . . drrt . . . drrt . . .
ponselku bergetar lagi.

kpdnya yg trdpt 'chya cinta' pdanya
"kuti2pkan rindu ini pdmu. mskipn
nyata tak mgkn kumiliki drmu, ingn
ttp kujaga rasa ini utkmu.

sender:
ra.fha
+6281233244xxx

seulas senyum terbentuk di bibirku. aku kenal kata-kata ini. fha pernah menuliskannya di bagian belakang agendanya. saat itu, diam-diam aku membacanya. masih dengan senyum yang sama, kuketik balasan untuknya.

trma ksh fha. aq jg ingin merawat cnt
yg ada di hatiq. mskipun Dy yg Maha
Pencipta tak mngijinkn aq utk brsma
dgnmu. :) :)

>>sent
recipient:
ra.fha
+6281233244xxx

Thursday, June 21, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (5)

bruukkk....
suara itu datang dari bagian belakang gedung yang sedang direnovasi. sesaat aku merasa heran hingga kucoba untuk mencuri pandang. tapi nihil, tak kulihat apapun di sana. kulayangkan lagi pandanganku pada mia dan safha. mereka masih . . . eh, tunggu dulu. aku tidak melihat fha. hanya ada mia yang sibuk dengan faqih. kemana safha? apakah aku harus bertanya pada mia? tidak . . . tentu saja tidak. lagipula bagaimana . . . tunggu! suara gaduh di belakang gedung . . .

"hhh . . . hhh . . . hkk . . . " ada isak tertahan terdengar dari balik salah satu pilar bangunan ini. suara itu begitu jelas dan aku mengenalinya dengan baik. dan di sanalah dia, terduduk bersandar pada pilar beton itu dengan kepala tertunduk dan bahu berguncang. fha. menangis.

entah dari mana datangnya, kurasakan nyeri yang menusuk rongga dadaku. menyesak napasku. sakit bagiku melihat fha dalam sesenggukannya. fha, andai aku bisa memelukmu . . .

Tuesday, June 19, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (4)

sekuat tenaga kucoba bersikap manis pada mbak mia dan faqih. ah ya, mbak mia adalah perempuan anggun yang tadi kuceritakan. dia istri dari mas rahman, lelaki yang juga kucintai. aku sadar --kami sadar-- bahwa perasaan ini salah. tapi jika boleh kuibaratkan, perasaan ini tumbuh seperti pohon pepaya. aku tak tau kapan dia mulai bertunas. kusadari dia ada baru ketika ia membesar dan hanya menunggu buahnya saja.

"biasanya umur segini lagi cerewet-cerewetnya ya, mbak?" kucoba membuka obrolan baru.
"iya. faqih ini lumayan cerewet memang. apalagi kalau sama abinya . . . " mbak mia menyebut ayah faqih. hatiku teriris.
"wah . . . faqih suka marahin abi ya . . . ?" kualihkan perhatian pada faqih walau aku tau dia tak mungkin menjawab pertanyaanku.

kutahan sekuat tenaga air mataku yang sudah hampir tak terbendung. kututupi sakit dengan senyum yang menguar dari sudut-sudut bibirku, ketika mbak mia menceritakan bagaimana mesranya faqih dengan abinya. kuharap tak ada yang menyadari ini tapi tanpa kukehendaki, wajahku mulai mengeras menahan letupan marah yang tiba-tiba menguasaiku. air mataku hampir jatuh.

"mbak mia, aku tinggal sebentar ya . . . "

Sunday, June 17, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (3)

lima menit berlalu bagaikan lima abad bagiku. melihat 'gadis rahasia'ku bercakap akrab dengan istriku, menggoda mesra anakku, melihatnya begitu manis pada mereka berdua benar-benar menyiksaku. satu sisi hati ingin kujauhkan saja mereka. namun sisi yang lain ingin anakku mengenali gadis itu. aku tahu dia sama tersiksanya denganku. bagaimanapun, aku tahu dia mencintaiku seperti aku mencintainya. dia pun tahu perasaan ini tidak pada tempatnya. tapi menghilangkannya berarti aku harus membuat jantungku berhenti berdetak lebih dahulu.

"faqih, sudah bisa ngaji?" kudengar 'gadis rahasia'ku bertanya pada anakku dengan suaranya yang halus.
"sudah tante . . . " jawab istriku.
"coba dong . . . tante mau dengar . . . " bujuk 'gadis rahasia'ku lagi, masih dengan suaranya yang halus.
"ayo nak, baca ya . . . tante fha diajari . . . " ganti istriku yang membujuk.

kulihat anakku masih malu-malu. tapi dia, 'gadis rahasia'ku, tak lelah membujuknya untuk bersuara. tak jarang dia tertawa lepas saat melihat wajah anakku yang merajuk karena terus dipaksa.

baiklah, mungkin kalian lelah aku memanggilnya 'gadis rahasia'. akan kuceritakan sedikit tentangnya.

namanya shofiyah. lengkapnya fiiha shofiyah. panggilannya safha. panggilan favoritnya, fha. seperti namanya, pada dirinya terdapat kelembutan. perangainya, tutur katanya, ekspresi wajahnya, bahkan senyumnya. semua mencerminkan kelembutan. kelembutan itu juga yang membuat dia mampu menarik hati anak-anak sehebat para ibu meskipun usianya masih sangat muda.

entah sejak kapan aku begitu kagum melihatnya. dan entah sejak kapan hatiku bergetar mendengar suara halusnya. yang pasti, aku menikmati setiap waktu yang kumiliki ketika aku bisa menatap wajahnya. ah ya, aku ingat sekarang. semua perasaan ini berawal dari 10 tahun yang lalu. saat itu aku hanya melihat fha sebagai anak kecil yang menggemaskan. fha kecil adalah bocah yang sangat periang, berani, bahkan cenderung angkuh untuk seorang bocah 11 tahun.

tak pernah terlintas akan kutemui fha remaja. fha berusia 21 tahun yang anggun dan lembut. fha yang jauh berbeda dengan fha yang kukenal 10 tahun yang lalu. perasaan senang yang muncul di hatiku ketika menatapnya pun kini berbeda. jauh lebih dalam. perasaan itu adalah cinta.

Thursday, May 31, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (2)

aku menyadarinya. bahkan sangat menyadarinya. aku tau dia sudah lekat memandangiku sejak aku menyapa perempuan di hadapanku ini. perempuan ini --istrinya-- mengajakku berbincang tentang banyak hal. ini, itu, ini, itu, bahkan tentang sejak kapan aku mengenal suaminya.

aku tau pria itu itu pasti sedang memandangi kami berdua dengan hati bergoyang. bagaimana jika rahasia yang dititipkannya padaku terungkap saat ini. dan aku tau dia bahkan belum siap dengan jawabannya. lagipula aku tak berniat mengatakan rahasia itu pada perempuan anggun di hadapanku ini. bagaimana pula aku akan mengatakan rahasia itu? dengan gamblang menyatakan bahwa aku dan suaminya sudah saling jatuh cinta?

Friday, May 25, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (1)

aku melihat mereka bersalaman, berpelukan, layaknya sepasang kawan lama yang baru bertemu lagi. akrab. terlalu akrab malah. dari tempatku berdiri, aku terus memandang mereka dengan perasaan bergoyang. kira-kira apa yang akan terjadi jika rahasia di antara mereka terungkap. aku bertanya bahkan ketika aku belum siap dengan jawabannya.

"apa kabar, mbak? lama ya gak kesini.." sebuah suara yang halus memecah lamunku. dia, gadis yang kutitipkan padanya sebuah rahasia.

"baik-baik, mbak. memang lagi agak repot di rumah.." sebuah suara yang lain menyahut. dia, perempuan yang sudah begitu dekat denganku.

aku masih lekat memandang mereka berdua dari tempatku berdiri. 'gadis rahasia' itu, gadis yang diam-diam kukagumi --bahkan kucintai-- tampak mengurai senyumnya. kedua perempuan itu berbincang tak jauh dari sini, dari tempatku berdiri. saling melontarkan pertanyaan, cerita, bahkan sesekali guyonan. tak jarang juga kulihat mereka tertawa bersama. 'gadis rahasia'ku tampak memandang lekat pada lawan bicaranya. matanya ikut tersenyum bersama bibirnya. masih juga melontarkan satu dua pertanyaan pada perempuan yang berada di depannya --istriku,-- dan putra kami yang digendongnya.

Ketika Hatiku Mulai Bertanya

ini adalah sebuah tulisan yang kubuat ketika hatiku mulai bertanya. tentang kebenaran yang terlindung di balik ego keinginan. apakah itu sebuah hak ketika pesona menjerat untuk dimiliki namun jalan tak ada lagi? apakah itu pembenaran untuk menolak bertatap muka dengan realita ketika hanya emosi yang berbicara? jika memang ada undang-undang untuk jerat nafsu, hukum aku! karena keinginanku sudah terlalu jauh melampaui akal sehatku untuk memenuhinya.

namun jika keinginan itu hanya bayangan, lalu kita hidup untuk apa? bahkan bayangan pun meninggalkan kita di tengah gelap. apa bedanya dengan harapan? hanya setitik cahaya terang yang entah bagaimana menggapainya untuk mendapat sebuah kebebasan. dari jiwa yang terbelenggu oleh jerat kilauan. jika memang ada peraturan untuk berkeinginan, hukum aku!! karena keinginanku sudh sangat jauh melampaui akal sehatku untuk memenuhinya.

ini hanya sebuah tulisan yang kubuat ketika hatiku perlahan mulai mempertanyakan eksistensi harapan di daratan ini. jika ada yang mau menjawabnya, silahkan.

Wednesday, March 7, 2012

ingin

kemarin kulewati jalan itu dengan tersenyum. meskipun mendung tidak juga menghilang dari garis langit, tapi aku tetap tersenyum dan bersenandung. tanganku melambai, mengikuti alunan tubuhku yang terguncang langkah-langkah lincah di sepanjang jejak berbatu yang kakiku memijaknya. kadang kuputar tubuhku, kukeraskan laguku, bahkan menari seolah aku sedang diatas panggung istimewa yang aku adalah bintangnya.

tapi hari ini kulewati lagi jalan itu dengan menangis. meski tak ada mendung yang menggantung di sepanjang garis langit, tapi aku tetap tak bisa menemukan sisa senyumku yang mungkin tercecer di sepanjang jalan itu. hanya lengang dan kosong yang kutemui saat kulalui lagi jejak berbatu yang dulu kakiku pernah memijaknya. seperti ronde-ronde sandiwara, kini bukan aku bintang yang bersinar di atas panggung itu. ada orang lain, dan dia sempurna merebut penontonku.

lemas kakiku memaksa untuk diistirahatkan. aku menyerah. aku ingin apa yang kulakukan demi kebahagiaanku, jangan ada siapapun yang berani mengusik. aku ingin diam atas semua pertanyaan agar aku tak perlu lagi memikirkan dia atau mereka. aku ingin tuli atas semua hujatan agar aku memiliki kesempatan lain untuk sebuah ketenangan. aku ingin buta dari semua tatapan sinis agar aku tak perlu terluka karena pilihanku sendiri.

tapi yang kau tau itu tak mungkin. karena sepanjang jalan ini semua orang telah melihatku dan bahkan mendengar tentang hidupku. juga menjadi saksi ketika aku mengubah jalanku. dan saat aku kembali ke jalan ini dengan air mata yang membanjiri pipiku, tak akan ada yang repot-repot bertanya untuk apa atau mencari apa. yang akan mereka katakan hanya 'salahmu sendiri mengapa dulu kau pilih jalan ini jika hanya ingin kau tinggalkan dan datangi lagi'.

aku tak ingin mendengar, atau melihat semua itu. aku ingin lepas, dan beristirahat.........

Tuesday, March 6, 2012

after several time

i got stuck in front of my desk. drinking my coffee little, little, until it's over. tried to write something into the blank page right in front of my eyes, but nothing. i tried to open other windows in my browser. facebook, twitter, tumblr, yahoo, google, but nothing. i was still stuck, and didn't know what to write.

i stopped writing, walking around, sit again, but nothing. i just couldn't find anything to write. as the page right in front of me, my head was also blank. there's nothing inside. everything i've got seemed like thrown away, nothing left.

'it is not the right way' someone inside my heart said. 'what you need is screaming out and crying to let everything flow' that voice again. then i couldn't find my finger nor my keyboard. a couldn't see the blank page nor the monitor. what i felt was the tears covered my pupil. then i felt something fell down passing my cheeks, stopped in my chin, sprinkle on my hands.

ya, i finally knew what i need. that was, a shoulder to cry on....

Thursday, January 5, 2012

Indonesian Novels by Their Content: a Classification

One day, one of my friends asked me about my novel collection. She wanted to borrow one from me. Then I asked her about what kind of novel she wanted. She answered she loved anything except teen lit. I asked again why she did not like teen lit. Then she told me that reading teen lit was just like guessing the content of a sealed mineral water’s bottle. We know exactly what will be going on, and how the story is ended. And the story of a teen lit novel is not more than just giving a high dream about living happily ever after in the real world, especially in teenagers’ life.
After that, I tried to look up my novel collection and classified it into several parts based on the quality and the value of the story, also based on the characters involved in the story. Here is the result. I found that novels, especially the Indonesian one, can be classified into, at least, four categories based on several criteria mentioned above. And those categories are kids’ literature, teenagers’ literature, common literature, and chic’s literature.
            Kids’ literature, as the word suggests, is obviously known as a written literature work for children, particularly between 7 up to 13 years old. This kind of novel, of course, tells about a wonderful childhood. Most of them consist of adventures, challenges, and games. The main characters of such novels are, of course, children. The other supporting characters can be friends, teachers, parents, and sometimes relatives. We can find this kind of story in several novels published by DAR!Mizan. For example, there is a novel titled The Summer Camp[1]. It tells about the Lala, an Indonesian student in Australia, who really wanted to be a participant of International Islamic Children Conference. During the story, she met some problems related to her friendship. Furthermore, those problems could be solved very well. By this example you know that the value of this kind of story is always the same, and you can take at least three biggest values. First, the truth will always be the winner; second, children have to be nice to others; and the last, only the brave kid will catch his dreams.
Now let us talk about the second kind of novel we are talking about, teens’ literature. This kind of novel is very much popular around teenagers’ life. As its name—teen lit—this novel tells us about love life, friendship, and other things related to teenagers’ life. The characters of this kind of story are mostly senior high school’s students with the similar personality and story plot between one story and others (Ahira, 2011)[2]. One example we can find is Honey Money[3]. This novel tells about a girl named Dee who was looking for a handsome-rich-guy as her boyfriend. As she found that boy, she knew that the boy had got bad tracks of his love life. She was brokenhearted. In the end of the story she was told many secrets of her life, and she could reach her love again because that boy loved her very much. If we are talking about the value, the biggest one we can get from this story is never underestimated someone at the first sight because we do not know what will happen between us later.
Common literature, which is also known as metro pop, is almost similar to the previous kind of novel, teen lit. However, there are several differences between them in terms of characters, conflict, and the value. The characters involved are not only senior high students, but also college students, and young adult. Then the conflict, this novel does not always talk about love life or friendship. Sometimes we are invited to see how a family life is running, how someone is sacrificing, and many others. About the value, we almost cannot generalize it because the story is more various and colorful. You can find this kind of story in several novels published by GagasMedia. One good story you can find is Infinitely Yours[4] which tells about a journey of two strangers going around South Korea and found their love through the journey.
The last one, chic’s literature. We know that the word chic refers to an adult life. We also know how adult life is refers to the nowadays life. It is about night life, work life, and of course sex life. The characters are mostly 20-something up to 30-something. No matter how the story is begun, in the middle of the story we can find “on-bed” scene with the clear description, from both the woman’s or man’s point of view. You can find this kind of description in a novel by Christian Simamora, Pillow Talk[5] as follows: “Ciuman mereka semakin dalam dan dia meletakkan sebelah kakinya di atas tempat tidur. Emi berada di atas pangkuan Jo, merasakan sesuatu mengeras di balik celana jeans-nya”. You can see from the example how the writer describes that “hot” situation clearly. Similar to the metro pop one, we cannot generalize the value of this chic story because the story is more and more various, and sometimes confusing.
I have explained the classifications of Indonesian novels based on the quality and the value of the story, also based on the characters involved. It is good to know what kind of literature we will read in order to be more selective, not only to ourselves but also to another. By knowing the characteristics of each novel, we are able to decide which one is the best for us. A good knowledge about reading material, in this case novel, will prevent us from choosing the wrong story which can affect our mindset and view about our life. The good literature will lead us to the better personality development, and the bad one will lead us to the worse.


[1] Chrisna, Anna. 2009. The Summer Camp. Bandung: DAR!Mizan
[2]Teenlit, Novel Populer yang Banyak Disuka” n.d. Retrieved on December 28, 2011 from http://www.anneahira.com/novel-populer.htm
[3] Debbie. 2010. Honey Money. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
[4] Orizuka. 2011. Infinitely Yours. Jakarta: GagasMedia
[5] Simamora, Christian.  2010. Pillow Talk. Jakarta: GagasMedia