Thursday, July 5, 2012

AntoloTwit #untukcahaya

kupaksakan untuk mengguyur tubuhku meski dingin tak tertahan. berharap hatiku ikut mati rasa setelahnya.
dan seketika beku itu membungkus sekujur tubuhku, membuatnya menggigil dan membiru.
namun setelah gigil membirukan tubuhku, hanya sesak yang kurasakan. hatiku tetap menyimpan rasa itu. rasa yang ingin kuhilangkan.
rasa yang ingin kuhapus dengan menyiramkan air dari ujung rambutku. namun ia tetap disitu, tak bergeser, apalagi beranjak pergi.
dan yang tersisa akhirnya hanya dadaku yang sesak, mataku yang memanas, dan rasa rindu yang semakin menyiksa #untukcahaya

salahku sendiri membiarkan dia terlalu dalam memasuki ruang hatiku. salahku sendiri membiarkan dia menguak semua rahasiaku.
sekarang setelah tak ada lagi topeng untuk menutup sakitku, aku masih mencoba mencari cadar untuk menyamarkan tangisku.
entah harus apa untuk ku kembalikan topengku, membawaku yang dulu kembali ke panggung sandiwara rasa. menyembunyikan luka yang menganga.
dia sudah membuka semuanya hingga ke dasar rahasia. jiwaku di genggamnya. dan aku tak tau bagaimana untuk kembali mengambilnya. #untukcahaya

malam tadi aku masih memimpikanmu. melihat kau tersenyum pahit padaku dan berkata "jangan paksa aku bunuh cintaku"
malam tadi aku masih memimpikanmu. menatap dalam kedua mataku dan berucap "aku terlanjur mencintaimu"
malam tadi aku masih memimpikanmu. meneteskan airmata di depanku dan memohon "jangan bunuh cinta yang ada di hatimu"
malam tadi aku masih memimpikanmu. menatap wajahmu dan menjawab "kau tau betapa sulitnya menghilangkan cintaku padamu"
malam tadi aku masih memimpikanmu.
dan saat ku terbangun, kusadari itu semua hanya mimpiku. bahkan mungkin kau tak pernah lagi memimpikanku. #untukcahaya

Akankah sepinya malam ini menyampaikan betapa sakit relungku menahankan rindu yang entah terbalaskan atau tidak.
Sudikah semilir angin malam ini membisikkan sebuah tanya tentang cinta yang entah terbalaskan atau tidak.
Maukah dinginnya malam ini menuliskan bait-bait cerita yang entah akan terselesaikan atau tidak.
aku masih ingin menulis tentangmu. tentang kita yang dulu pernah ada di hariku dan harimu. tentang cinta yang dulu pernah tertanam di hatiku dan di hatimu.
aku masih ingin menceritakan tentangmu. tentang kehangatan yang pernah terjalin antara diriku dan dirimu. tentang kemesraan yang pernah tercipta antara jiwaku dan jiwamu.
aku masih ingin menulis tentang semua yang kita lalui berdua. karena hanya dengan itu aku meyakini bahwa pernah ada cinta di antara kita. #untukcahaya



Malam yang beranjak semakin larut dan pekat membingkai perihku dalam sesak.
Tak mampu ku menghela napas di tengah perasaan yang tak pernah ku tahu adakah balasannya.
Airmataku bahkan membeku seiring dengan dingin yang terus dan terus mengikat ragaku.
Ingin sekali rasanya kubiarkan dia mengalir membawa pergi setiap sesal dan kesal di hatiku.
Tapi mungkin memang hanya dirimu yang bisa membuatnya turun untuk membasuh luka yang menganga lebar di hatiku.
Seperti kehadiranmu dulu, yang membawa cahaya menyinari keraguan pada cinta dan akhirnya membawa hatiku padamu. #untukcahaya

Ingin sekali kusebutkan namamu disetiap tulisan yang tertuju untukmu. tapi aku tak mampu. karena hanya akan menggoreskan satu lagi luka baru. #untukcahaya

bandingkanlah dengan gelapnya langit malam ini, masih jauh lebih pekat rinduku padamu yang jatuh berkali-kali,
Lelah kusingkirkan perihnya, kupaksakan untuk menikmati rinduku dalam pelukan malam yang membekukan hati
yang aku takutkan adalah, kau sudah lebih dulu menyerah dalam cinta ini dan membiarkanku tersiksa melaluinya sendiri.
kuharap kau tahu bahwa sebesar apapun usahaku untuk rela melepasmu, lebih besar lagi keinginanku untuk kau kembali mencintaiku
dan aku akan tetap disini. kalau kalau suatu hari nanti kau memutuskan untuk bersamaku kembali. #untukcahaya

@mbakdiii

2 comments:

  1. Bangun! Ini sudah pagi. Sadar! Pagi ini gerimis. Iya, meskipun aku menulisnya jauh sekali dari detik kautulis tweet demi tweet ini ke dalam bukumu, namun rasanya masih sedingin dan sebeku pagi ini. Bodoh, pagi di sini memang selalu seperti ini, kan? Pagi di sini memang selalu mematikan semua rasa, kan? Jika aku menyadarinya sejak lama, maka telah kumatikan hatiku di sini sejak aku mulai membekukan sumber air mataku.

    Selamat pagi, hangatkan hatimu dengan Matahari.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah mengingatkanku bahwa hari sudah pagi, bahkan sudah beranjak siang. namun dingin itu masih terlalu mengikat untuk kuangkat tubuh ini.

      dan terimakasih, sudah mengingatkanku bahwa Matahari masih tersenyum untuk kuhangatkan tubuhku yang terbelenggu dingin dan beku. terima kasih :)

      Delete