Friday, June 29, 2012

Sebuah Catatan Tentang Kehilangan


Haruskah kukatakan padamu?
Lukaku semakin melebar dari hari ke hari
Setiap kulihat dirimu begitu tak peduli lagi padaku
Lukaku semakin menganga dari hari ke hari
Setiap kulihat betapa mudahnya kau bunuh cinta untukku

Haruskan kuceritakan padamu?
Lukamu tak pernah selebar lukaku
Sakitmu tak pernah seperih sakitku
Mungkin karena memang cintamu tak sebesar itu
Tak sebesar yang pernah kau katakan padaku

Haruskah kujelaskan padamu?
Betapa beratnya membiarkanmu pergi begitu saja menjauhiku
Betapa sulitnya melihatmu memalingkan wajah dariku
Betapa sakitnya menatapmu tanpa menampakkan rindu
Betapa perihnya menguliti kenangan yang menempel rapat di hatiku

Andaikan ada jalan untukku sekali saja bertatap muka denganmu, ingin kuakui dengan sungguh bahwa hati ini masih tertancap erat padamu. Kau sudah mencuri hatiku dan tak mengijinkannya kembali padaku. Andai ada satu kesempatan lagi ku diizinkan untuk bicara padamu, ingin kukatakan dengan sungguh bahwa harapan bersamamu masih sama besarnya dengan saat kau masih menaburkannya di hatiku. Tapi janji itu, tak mungkin ku mengingkarinya. Yang kubisa lakukan sekarang hanya berharap, semoga Tuhan segera memberikanku jawaban untuk semua kegelisahan hatiku. Agar aku tahu, masih bolehkah aku mengharapkanmu.

Sunday, June 24, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (6)

"assalamualaikum . . ." sapa fha di ujung telepon.
"waalaikumsalam. apa kabar, fha?" tanyaku. belum jelas apa yang akan kukatakan padanya. aku hanya ingin mendengar suaranya, dan keinginan itu begitu besar.

sejak pertemuannya dengan mia dua hari yang lalu, fha mulai berubah. dia sekarang mulai menghindariku. aku bahkan tidak punya kesempatan untuk bicara dengannya. dan sekarang, nada bicaranya dingin sekali.

"fha? kamu marah?" tanyaku pelan sekali.
"gak kok. kenapa harus marah?" jawabnya. ketus.
"kamu sekarang ketus fha . . ."
"gak. perasaan mas saja. kabar mbak mia gimana?" pertanyaan fha mengiris hatiku.
"fha, bisa kan kamu gak bahas mia?" tanpa sadar aku bertanya gusar.
"kenapa mas? salah? dia istrimu. dia nunggu kamu di rumah. sudah dulu ya. aku sibuk . . . " klik.

telepon ditutup sepihak. tanpa salam. fha-ku berubah. dia menjadi begitu dingin dan ketus. dia yang biasanya selalu mengucapkan salam sebelum emnutup telepon, melupakan kebiasaan manisnya. fha-ku berubah. aku tau fha suka seklai mengingatkanku pada mia dan faqih yang menungguku di rumah. seharusnya aku senang ada yang mengingatkanku tentang mereka. tapi jauh di sudut hatiku, ada sakit yang melebar setiap kali fha menyebut nama faqih, apalagi mia.

drrt . . . drrt . . . drrt . . .
ponselku bergetar menandakan ada sebuah pesan yang masuk.

"fha, ini mia. maafkn aq hrus mngtakan ini.
tp aq tau apa yg trjdi antr km dn suamiq.
aq mohon fha, jgn lnjutkn. aq ykin km phm
bgmn posisiq. trima ksh safha."
itu smsnya mb mia. pagi tdi

sender:
ra.fha
+6281233244xxx

saat itu juga aku mengerti. perubahan fha ini karena pesan singkat yang dikirimkan mia padanya. tapi bagaimana mia tau nomor ponsel safha?

drrt . . . drrt . . . drrt . . .
ponselku bergetar lagi.

kpdnya yg trdpt 'chya cinta' pdanya
"kuti2pkan rindu ini pdmu. mskipn
nyata tak mgkn kumiliki drmu, ingn
ttp kujaga rasa ini utkmu.

sender:
ra.fha
+6281233244xxx

seulas senyum terbentuk di bibirku. aku kenal kata-kata ini. fha pernah menuliskannya di bagian belakang agendanya. saat itu, diam-diam aku membacanya. masih dengan senyum yang sama, kuketik balasan untuknya.

trma ksh fha. aq jg ingin merawat cnt
yg ada di hatiq. mskipun Dy yg Maha
Pencipta tak mngijinkn aq utk brsma
dgnmu. :) :)

>>sent
recipient:
ra.fha
+6281233244xxx

Thursday, June 21, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (5)

bruukkk....
suara itu datang dari bagian belakang gedung yang sedang direnovasi. sesaat aku merasa heran hingga kucoba untuk mencuri pandang. tapi nihil, tak kulihat apapun di sana. kulayangkan lagi pandanganku pada mia dan safha. mereka masih . . . eh, tunggu dulu. aku tidak melihat fha. hanya ada mia yang sibuk dengan faqih. kemana safha? apakah aku harus bertanya pada mia? tidak . . . tentu saja tidak. lagipula bagaimana . . . tunggu! suara gaduh di belakang gedung . . .

"hhh . . . hhh . . . hkk . . . " ada isak tertahan terdengar dari balik salah satu pilar bangunan ini. suara itu begitu jelas dan aku mengenalinya dengan baik. dan di sanalah dia, terduduk bersandar pada pilar beton itu dengan kepala tertunduk dan bahu berguncang. fha. menangis.

entah dari mana datangnya, kurasakan nyeri yang menusuk rongga dadaku. menyesak napasku. sakit bagiku melihat fha dalam sesenggukannya. fha, andai aku bisa memelukmu . . .

Tuesday, June 19, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (4)

sekuat tenaga kucoba bersikap manis pada mbak mia dan faqih. ah ya, mbak mia adalah perempuan anggun yang tadi kuceritakan. dia istri dari mas rahman, lelaki yang juga kucintai. aku sadar --kami sadar-- bahwa perasaan ini salah. tapi jika boleh kuibaratkan, perasaan ini tumbuh seperti pohon pepaya. aku tak tau kapan dia mulai bertunas. kusadari dia ada baru ketika ia membesar dan hanya menunggu buahnya saja.

"biasanya umur segini lagi cerewet-cerewetnya ya, mbak?" kucoba membuka obrolan baru.
"iya. faqih ini lumayan cerewet memang. apalagi kalau sama abinya . . . " mbak mia menyebut ayah faqih. hatiku teriris.
"wah . . . faqih suka marahin abi ya . . . ?" kualihkan perhatian pada faqih walau aku tau dia tak mungkin menjawab pertanyaanku.

kutahan sekuat tenaga air mataku yang sudah hampir tak terbendung. kututupi sakit dengan senyum yang menguar dari sudut-sudut bibirku, ketika mbak mia menceritakan bagaimana mesranya faqih dengan abinya. kuharap tak ada yang menyadari ini tapi tanpa kukehendaki, wajahku mulai mengeras menahan letupan marah yang tiba-tiba menguasaiku. air mataku hampir jatuh.

"mbak mia, aku tinggal sebentar ya . . . "

Sunday, June 17, 2012

Antara Aku, Kau, dan Mia (3)

lima menit berlalu bagaikan lima abad bagiku. melihat 'gadis rahasia'ku bercakap akrab dengan istriku, menggoda mesra anakku, melihatnya begitu manis pada mereka berdua benar-benar menyiksaku. satu sisi hati ingin kujauhkan saja mereka. namun sisi yang lain ingin anakku mengenali gadis itu. aku tahu dia sama tersiksanya denganku. bagaimanapun, aku tahu dia mencintaiku seperti aku mencintainya. dia pun tahu perasaan ini tidak pada tempatnya. tapi menghilangkannya berarti aku harus membuat jantungku berhenti berdetak lebih dahulu.

"faqih, sudah bisa ngaji?" kudengar 'gadis rahasia'ku bertanya pada anakku dengan suaranya yang halus.
"sudah tante . . . " jawab istriku.
"coba dong . . . tante mau dengar . . . " bujuk 'gadis rahasia'ku lagi, masih dengan suaranya yang halus.
"ayo nak, baca ya . . . tante fha diajari . . . " ganti istriku yang membujuk.

kulihat anakku masih malu-malu. tapi dia, 'gadis rahasia'ku, tak lelah membujuknya untuk bersuara. tak jarang dia tertawa lepas saat melihat wajah anakku yang merajuk karena terus dipaksa.

baiklah, mungkin kalian lelah aku memanggilnya 'gadis rahasia'. akan kuceritakan sedikit tentangnya.

namanya shofiyah. lengkapnya fiiha shofiyah. panggilannya safha. panggilan favoritnya, fha. seperti namanya, pada dirinya terdapat kelembutan. perangainya, tutur katanya, ekspresi wajahnya, bahkan senyumnya. semua mencerminkan kelembutan. kelembutan itu juga yang membuat dia mampu menarik hati anak-anak sehebat para ibu meskipun usianya masih sangat muda.

entah sejak kapan aku begitu kagum melihatnya. dan entah sejak kapan hatiku bergetar mendengar suara halusnya. yang pasti, aku menikmati setiap waktu yang kumiliki ketika aku bisa menatap wajahnya. ah ya, aku ingat sekarang. semua perasaan ini berawal dari 10 tahun yang lalu. saat itu aku hanya melihat fha sebagai anak kecil yang menggemaskan. fha kecil adalah bocah yang sangat periang, berani, bahkan cenderung angkuh untuk seorang bocah 11 tahun.

tak pernah terlintas akan kutemui fha remaja. fha berusia 21 tahun yang anggun dan lembut. fha yang jauh berbeda dengan fha yang kukenal 10 tahun yang lalu. perasaan senang yang muncul di hatiku ketika menatapnya pun kini berbeda. jauh lebih dalam. perasaan itu adalah cinta.