Tuesday, November 22, 2011

sebuah pengembangan

hari ini, kembali kuberanikan diriku untuk menulis. menulis lagi, tentang hujan, angin, dan tanah basah. setelah kubuat semacam draft sebelumnya, hari ini akan kukembangkan. akan kubiarkan jari-jariku menelusuri setiap tuts pada keyboard untuk menggambarkan apa yang kupikirkan.

kemarin, yang ku ingin tuk gambarkan adalah betapa hujan itu dingin dan hangat bersamaan. karena hujan itu adalah darah taruhan dari rahim para ibu. adalah keringat perjuangan dari kening para ayah. adalah air mata restu serta doa para guru. hujan itu adalah selimut yang mendinginkan saat panas membakar kulit. adalah yang mengundang perapian untuk menyala menghangatkan. karena hujan itu adalah lukisan, yang menjadi lambang belas kasih untuk keseimbangan alam semesta.

kemarin yang ku ingin tuk gambarkan adalah betapa angin semilir lembut membelai. karena angin itu adalah belaian para ibu di tubuh bayi-bayi kecilnya. adalah timangan para ayah disela-sela lelah tubuhnya. adalah wejangan para guru di sela-sela senyumnya. angin itu lembut, menenangkan seperti bisikan. angin juga mesra, menggoda seperti nyanyian. karena angin adalah candu, yang menjadi penentram di saat lelah dan gerah merajam.

kemarin, yang ku ingin tuk gambarkan adalah betapa wangi tanah basah menggelitik hidungku. tanah basah itu adalah tanah yang ditumpahi darah para ibu ketika melahirkan anak-anaknya. adalah tanah yang ditumpahi keringat para ayah ketika mencari nafkah untuk keluarganya. adalah tanah yang ditumpahi air mata para guru yang mendidik murid-muridnya. tanah basah itu begitu harum, begitu khas, begitu menenangkan. karena tanah basah itu adalah saksi setiap perjuangan.

hujan, angin, dan tanah basah itu, adalah sumber kehidupan. yang mempu meluruskan saat langkah kita mulai berbelok. yang mampu mengingatkan saat memori kita mulai memudar. yang mampu mempertahankan saat kaki kita mulai melemah.
hujan, angin, dan tanah basah itu juga, yang akan pertama sekali menerima kita dalam pelukannya ketika tiba saatnya tubuh kita melelah, dan membutuhkan peristirahatan.

Monday, November 21, 2011

A Compilation

Draft Tulisan Tentang Hujan (@kampus FIB, 18-11-2011)

ini adalah sebuah draft
yang kubuat karena aku sangat ingin menulis
aku ingin menulis tentang hujan
menulis tentang daun dan ranting
menulis tentang rumput dan tanah basah
menulis tentang bau angin

menulis tentang apa saja yang berhubungan dengan hujan
tapi aku tak tau bagaimana menulisnya
karena aku tidak bisa menjabarkan bau rumput segar yang menggelitik hidungku
aku juga tidak bisa menggambarkan angin semilir yang membelai rambutku
aku juga tidak tau, bagaimana cara menyampaikan bahwa hujan itu dingin dan tenang
dan aku juga tidak tau, bagaimana cara mengatakan bahwa hujan itu juga hangat dan menyenangkan
karena aku bukan orang yang pandai berpuisi
bukan orang yang mahir merangkai kata-kata menjadi indah
bukan juga orang yang lihai membuat bait-bait berima
aku cuma orang yang ingin menulis

ingin menggambarkan semua yang kurasakan lewat kata-kata
ingin membagikan semua yang kunikmati lewat kata-kata
terkadang ingin dibaca dan didengar
tapi di lain waktu hanya ingin sendirian
karena sebenarnya aku malu, jika ada orang yang tau
bahwa aku sangat, sangat ingin bisa menulis


Sebuah Malam Yang Lain (@gorPertamina UB, 18-11-12011)

ini malam tak sedingin biasanya
ini malam juga tak segelap biasanya
rasanya berbeda saja
mungkin karena suasana yang berbeda
tempat yang berbeda
umm... apa lagi ya?
ah iya, senyum-senyum yang berbeda
kulihat orang-orang di sekelilingku
kulihat lagi, lagi, dan lagi
tapi tetap saja, mereka tampak berbeda
sebenarnya mereka sama
hanya tampaknya saja yang berbeda

ini malam memang tak sekejam biasanya
ini malam juga tak sesadis biasanya
ini malam lebih berwarna, lebih lebih menyenangkan
kurasakan lebih hangat
kurasakan juga lebih terang, tenang, dan senang
mendengar nyanyian-nyanyian ceria di sekitarku
mendengar gelak tawa di sekelilingku

ini malam, terasa lebih istimewa
ini malam, terasa tak akan ada gantinya
karena ini malam terakhir
dari rangkaian kebersamaan dengan mereka
teman-teman baru, saudara-saudara baru
ini malam, malam terakhir untuk saling menyuruh, mengatur
bahkan untuk mengolok-olok
bukan hari terakhir memang, karena ini malam hari
jadi kukatakan saja ini malam terakhir
dari serangkai malam-malam baru dalam hidupku
di sini, di fakultas ini, universitas ini
malam terakhir sebelum acara terakhir akan berakhir
Student Day Mahabharata 2011

Thursday, November 3, 2011

tentang sebuah komentar

"jadi, puisi bukanlah sekadar tempat pelampiasan, tempat meluapkan atau sekadar berbagi. puisi adalah tentang segala yang kita rasakan, segala yang kita pikirkan, segala yang kita hirup untuk bernapas, segala yang kita makan untuk bertahan.
puisi adalah sebuah ekspresi, puisi adalah kata-kata yang tak pernah bisa kita sampaikan, puisi adalah distributor kita untuk seseorang, melalui sebuah pena.
puisi tak pernah berhenti memikirkan apa yang dirasa oleh penulisnya. puisi tak pernah salah diinterpretasikan. puisi itu bebas, tak pernah salah pengartian. semua bebas, semua punya konsepnya masing-masing.
puisi adalah tentang aku, puisi tentang kau, puisi tentang kita, hidup kita.."

aku menemukan komentar itu suatu hari di salah satu terbitan di blog ini. terkejut? ya, aku terkejut, bagaimanapun aku hanya terbiasa melihat, mambaca, dan mengomentari. bukan dilihat, dibaca, dan dikomentari. bagaimanapun aku terbiasa dengan kehidupanku yang sepi, tanpa apresiasi. mungkin sejenak kesombongan mulai mengaburkanku. merasa bisa, mampu. tapi setelah kutengok kembali komentar itu, lalu kubaca tulisan si pemberi komentar itu, aku malu. aku malu sebesar-besar rasa malu yang kumiliki. ternyata dunia tak hanya satu lapis saja. dan ternyata tulisan tak hanya satu dimensi saja. aku malu. sebesar-besar rasa malu yang kumiliki.
terima kasih kepadamu, yang menuliskan komentar itu. bahwa memang tulisan, kata-kata, tidak pernah mempersempit makna. tak pernah keliru, tak pernah salah. karena memang puisi adalah tentang aku, puisi tentang kau, puisi tentang kita, hidup kita..

Monday, October 31, 2011

Tentang aku dan hatiku 3

lagi sebuah cerita, tantang aku dan hatiku

ini pagi kurasakan ada yang berbeda. mungkin karena ujian yang menanti di depan mata. mungkin juga karena aku tak tau apa yang akan kulakukan setelahnya. atau karena aku tau banyak hal yang kulewatkan sebelum-sebelumnya. ada banyak hal yang mungkin terjadi dalam dua jam, atau tiga jam lagi. dan aku ingin membagi apa yang kurasakan saat ini. karena dua jam, atau tiga jam lagi, aku tidak merasakan yang sama. bahkan mungkin jauh berbeda.

iya, jauh berbeda. ketika kulangkahkan kakiku untuk pertama kali, aku berbeda. ketika kuucapkan sesuatu dari mulutku pertama kali, aku berbeda. ketika kupahami sesuatu dalam otakku pertama kali, aku berbeda. ketika kutentukan sendiri pilihanku pertama kali, aku berbeda. ketika aku menangis bukan karena lapar pertama kali, aku berbeda. ketika malu menyerangku bukan karena pakaianku pertama kali, aku berbeda. ketika tertawa lepas bukan dengan kaka-kakakku pertama kali, aku berbeda. ketika perlindungan bukan hanya dari orang tuaku pertama kali, aku berbeda.

dan setiap detik yang berlalu dalam hidupku, membuatku jauh berbeda. bukan karena setiap detik itu aku berubah, tapi karena setiap detik itu membawa perubahan. bukan karena setiap detik itu aku bergerak, tapi karena setiap detik itu adalah gerakan. dan hatiku sekarang, bukan hati yang kemarin. bukan hati yang dua hari lalu. hatiku sekarang, adalah hatiku sekarang. tapi tidak nanti, besok, atau dua hari lagi.

ini memang sekedar cerita,tentang aku dan hatiku

karena tak ada yang bisa kuceritakan. bukan karena tak ada yang terjadi. justru karena terlalu banyak yang terjadi. aku hanya bisa memilih satu dari sekian yang bisa kuceritakan. dan untuk itu, aku memilih menceritakan aku dan segala tentang hatiku.

karena itu, kusebut ini cerita tentang aku dan hatiku

Saturday, October 29, 2011

tentang aku dan hatiku 2

ini cerita lagi, masih tentang aku dan hatiku

hari ini kuterima sebuah pesan singkat dan isinya mengoyak pertahanan yang sekian lama kubangun. setelah hari-hari berat yang kulalui, aku tetap menahan air mataku agar tak menetes karena rasa sakit lagi. tapi sakit, perih, dan pedih bukan sekedar rasa yang akan hilang setalah sekian waktu pergi berlalu. sakit, perih, dan pedih adalah goresan pemahat yang akan tetap berjejak, meski saat-saat tergoresnya telah lewat. sakit, perih, dan pedih adalah sapuan pelukis yang akan tetap terlihat, meski waktu-waktu tersapunya telah berlalu.

kedua mataku kini mulai memerah lagi. hidungku mulai tersumbat lagi. dan segala endapan yang menumpuk di dasar hatiku kini mulai bergolak lagi. ingin kukeluarkan saja semua. tapi aku tak bisa. kerena sesudah itu, mungkin aku hanya raga bernyawa. tanpa rasa, tanpa duka, tanpa tawa. tapi mungkin seperti itu lebih baik. daripada terus terus memasang topeng menutupi wajah layuku. mungkin menjadi raga bernyawa itu lebih baik. daripada terus terus memamerkan senyum palsu menutupi jurang sakitku.

sekali lagi, ini memang hanya cerita tantang aku dan hatiku.

sudah kukatakan sebelumnya bahwa aku bukan ingin dikasihani. aku hanya ingin berbagi. aku tak sanggup bersuara, maka kataku kutuangkan dalam tulisan. hanya sekedar tulisan. tak merugikan siapapun, tak menyakiti siapapun. ini hanya sekedar tulisan. tak diperuntukkan siapapun. tak menyinggung siapapu. karena ini hanya sekedar tulisan, untuk membagi lelah di hati.

seperti yang sudah sudah, ini hanya sebuah cerita tentang aku dan hatiku.

Friday, October 28, 2011

tentang aku dan hatiku 1

ini sebuah cerita, tentang aku dan hatiku

aku adalah seseorang yang masih mencari arti, untuk kuperjuangkan dalam hidup. seseorang yang masih mencari cahaya, untuk menemani dalam hidup. seseorang yang masih mencari puisi, untuk keindahan dalam hidup. seseorang yang masih mencari pelangi, untuk perjalanan dalam hidup. seseorang yang masih mencari lembah, untuk beristirahat dalam hidup.

memang kulalui jalan yang sama dengan mereka. kugunakan cara yang sama dengan mereka. tapi tak pernah kuharapkan untuk sesuatu seperti mereka. yang ku inginkan adalah untuk diriku sendiri. bukan untuknya atau mereka. aku yang mencari dan menjalani, hanya ingin semuanya untuk kunikmati sendiri saat ini.

memang bukan sepantasnya aku berkata. tapi hatiku adalah lelah yang menggumpal. hatiku adalah jerit yang tertahan. hatiku adalah luka yang berjurang. hatiku adalah perih yang menganaksungai. hatiku adalah harapan yang membeku. hatiku adalah sebuah mata pisau yang menyayat-nyayat, menggores-menggores, melukis beberapa jejak dari sepi yang kurasakan.

ini cerita tentang aku, tentang hatiku

saat tak lagi ada yang bisa kuraih, kubiarkan tubuhku tergelincir. di sisi jurang yang menganga lebar, kupejamkan mata hanya untuk menghilangkan bayangan sakit yang muncul perlahan. ku relakan diriku dipeluk oleh alam. gesekan tanah tak lagi terdengar olehku. yang kudengar hanya bisikan angin yang terus dan terus menjanjikan baik baik saja. hingga suara suara itu meluruh, menghilang seiring dengan kesadaranku.

sekali lagi ini hanya cerita, tentang aku dan hatiku

Tuesday, October 18, 2011

sebuah renungan

ada sesuatu yang semestinya telah lama disadari
bahwa di sela-sela nafas yang terhirup
ada genangan kisah yang siap untuk dialirkan
sebagai bagian dari sejarah
entah sejarahku, kamu, dia, atau mereka
bahkan tentang seseorang
atau peristiwa yang belum menghampiri kita
dan semua yang saat ini terjadi
hanya akan berjalan sebagai jejak
mungkin akan terhapus deru angin
tapi akan tetap ada kata yang tertinggal
sebagai rekam cerita dari yang telah lewat
dan selalu teringat
sebagai bagian dari lantunan drama
mata rantai sebuah naskah sandiwara
mungkin tak akan lama terlihat
tapi akan tetap selamanya terasa

Wednesday, August 17, 2011

Pengharapan

Ya Allah,
jika memang hamba adalah orang yang senantiasa menyakiti, maka ampunilah hamba dan lepaskanlah hamba dari jerat iblis yang selalu mengintai langkah hamba. dan sayangilah mereka yang tersakiti karena hamba.

Ya Allah,
jika memang hamba adalah orang yang senantiasa tersakiti, maka sabarkanlah hamba dan berikanlah hamba rasa syukur dalam setiap nafas hamba. dan ampunilah mereka yang telah menyakiti hamba.

Ya Allah,
jika memang hamba adalah orang yang senantiasa lemah, maka kuatkanlah hamba dan tegakkanlah kaki hamba di jalan ridho-Mu. dan kuatkanlah pula mereka yang selalu istiqomah dalam mencari rahmat-Mu.

Ya Allah,
hanya Engkaulah yang Maha Pengasih, hanya Engkaulah yang Maha Memahami.
kepada Engkaulah hamba memohon, dan kepada Engkaulah Hamba bersandar.
kabulkanlah, Ya Allah . . .
Amin . . . 

kembali

sudah sangat lama sejak terakhir kali aku menarikan jemariku di atas tuts-tuts keyboard. dan sudah sangat lama sejak terakhir kali kutuangkan pikiranku dalam layar komputer. entah mengapa seolah-olah ada yang hilang sejak saat itu. tapi aku tak pernah tau apa yang hilang itu. yang ku tahu, aku kehilangan.

memang sejujurnya aku selalu sendirian. hanya kertas dan pena yang setia menemaniku. dan sekarang, tuts-tuts keyboard ini pun akan segera menjadi sahabatku. tempatku tumpahkan semua kisah dan kesah dalam hidupku. aku bukannya ingin dikasihani. aku hanya ingin berbagi.

bagi yang sudi membaca catatan kecilku ini, ku ucapkan terima kasih.

Wednesday, June 15, 2011

it has been so long time

it has been so long time after my last post
and everything here is still confusing
no wonder if what i can do just stay
waiting for the miracle
standing under the sky, looking at the stars
starting to imagine
drawing such a shadow
of an unpredictable moment of this life
and everything will be okey
if you stay here, beside me
waiting for the next day

Wednesday, March 16, 2011

Sepi

detik-detik berlalu dalam senyap
melipatku dalam alun merdu sang waktu
meski kusadari hanya pengap
tapi kubertahan demi mimpiku

karena ku tahu
meski tak mungkin ku harapkan
meski tak ada celahku untuk dapatkan
senyum itu masih ada
masih mengembang sempurna

menghangatkan hati bekuku
menyinari sisi gelapku
mengisi angan kosongku
menguatkan langkah rapuhku
dan yang akan selalu menemaniku
melalui hari-hari sepi
dan detik-detik sunyi hatiku

Wednesday, March 9, 2011

Kosong

saat waktu berlalu dalam senyap
kusadari ku berada di satu sisi jalan yang berujung gelap
hanya setitik hitam yang terlihat dari kejauhan
memang aku tak secara sengaja
berhenti di sudut persimpangan yang kosong
menatap hampa sehelai daun yang meluruh
meraba hatiku
akankah hatiku bernasib sama
dengan daun itu?

Bimbang

sebelumnya aku bisa menikmati kekosongan ini
dengan senyum yang kupaksakan dari hatiku
namun kosong itu menyiksa
dan siksaan itu terlalu menyakitkan
aku memang sendiri
tapi aku juga tak mau hidupku sepi
lalu apa lagi?
sedangkan hati ini terlanjur membeku karena perih
dan jiwaku terlanjur membiru karena dingin yang menggigit
pilihan bagiku terlalu rumit
memutuskan bagiku pun terlalu sulit
apa harus menunggu?
sedangkan aku tak tau apa yang bisa kutunggu
semuanya serba tak pasti
dan aku masih ingin pergi
mencari diriku yang belum ingin mati

Sebaris Rindu

sebaris kerinduan
menorehkan kisah di atas lembaran kasih
jiwa yang sunyi
menyanyi lirih di antara rimbunan perdu
memanggil-manggil, melambai-lambai
kabar tersiar dari burung camar
terbang, dibawa angin berhembus
hingga jauh ke negeri seberang

sebaris kerinduan
meninggalkan jejak di tanah-tanah taman cinta
jiwa yang kelu
tersaput kabut beku di cendawan kelabu
merintih, menyapu galau dalam perih
menatap langit dan bertanya
kapankah sebaris kerinduan ini
'kan terhapus oleh sentuhan dalam cinta

sebaris kerinduan
tertulis untuknya yang terkasih
oleh hati yang menangis, letih

Sempurna

semuanya tampak begitu sempurna
keindahan yang sempurna
kebahagiaan yang sempurna
kesempatan yang sempurna
tertulis indah dengan tinta emas yang berkilau sempurna

begitu pun denganku
kesendirianku saat ini begitu sempurna
kesepianku saat ini begitu sempurna
kesakitanku saat ini begitu sempurna
tangisanku saat ini begitu sempurna
lukaku saat ini begitu sempurna
lelahku saat ini begitu sempurna
bahkan keputusasaanku saat ini begitu sempurna
hanya satu yang belum ku raih
kematianku sampai saat ini
belum juga bisa sempurna

Dengarkan, Sebentar Saja . . . . .

bolehkan aku bertanya
tentang sisi hati yang begitu sepi
apakah ia tak punya cinta?
ataukah cinta belum menemukannya?
dan jika dibolehkan ku bertanya
tentang sebuah harap yang masih bisu
apakah ia tak temukan jalannya?
ataukah cahaya belum menghampirinya?

aku terpuruk saat hatiku tersudut
sendiri meratapi sunyi yang menyiksa
padahal aku tak ingin
tapi luka ini terus menerus melebar
lalu sedikit demi sedikit
rasa sakit itu tak lagi terasa perihnya
karena lukaku yang tak pernah tertutup
memaksaku untuk bertahan
walau dengan tangan yang pincang
meski dengan kaki yang timpang
terpaksa ku harus terus tegar
hingga nanti datang saatnya
nyawaku terlepas perlahan dari raga
bersama semua luka yang tersisa