Monday, October 8, 2012

Ditemani Secangkir Kopi Susu

berat, aku membuka mata pagi ini
berusaha melihat arah senyuman mentari yang menelusup melalui celah jendela kamar
seperti tersadar setelah lama terbalut abu-abu
meraba-raba dinding mencari sakelar
seperti bayi yang belajar berjalan, tahun ke-satu

ditemani secangkir kopi susu, kukumpulkan lagi nyawaku
seperti orang dulu sering katakan
terasa familier di benak masa kecilku
"mengumpulkan nyawa", sebuah frasa yang membawa jutaan kenangan
tentang langit subuh hari yang gelap
tentang angin subuh hari yang dingin
tentang air subuh hari yang membekukan
dan tentang aroma kopi subuh hari yang menghangatkan

ditemani secangkit kopi susu, kusandarkan tubuhku di kursi
mengingat-ingat rasa yang yang sepertinya pernah kumiliki
entah siapa, dimana, atau bagaimana
bukan hilang, hanya sudah terlalu jauh terpendam
nyaris terlupakan

ditemani seangkir kopi susu, matahari mulai meninggi
kuteguk tetes terakhir kopi susu yang mulai dingin
mengendap, membawa ampas ke dasar cangkir
seperti kenangan yang pelan-pelan tersingkir
menyisakan pekat, dan pahit
seperti luka yang masih meninggalkan sakit

ditemani tegukan terakhir kopi susu
kubangkitkan tubuhku dari sandaran kursi yang menopangku
untuk berjalan lagi
melanjutkan sisa perjalanan
yang telah kumulai jauh sebelum pagi ini

cangkir kopi susu-ku telah kosong
untuk ku isi lagi, besok pagi

No comments:

Post a Comment